Mencintai Allah Atau Mahabbatullah
Al-Ishlah │ Cinta adalah sebuah sifat yang ada pada setiap manusia tanpa pandang bulu. Islam memandang bahwa cinta itu sifatnya fitroh manusia sehingga Islam tidak mematikannya. Jika dikendalikan dengan arif dorongan cinta ini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif. Sebaliknya jika tidak dikendalikan dapat mendatangkan bencana dan malapetaka baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat kelak.
Secara umum cinta seseorang (almahabbah) kepada sesuatu dapat dikategorikan menjadi dua macam:
1. Cinta syar’i (asy syar’iyah) yaitu cinta yang lahir karena keimanan seseorang.
Al Qur’an surat 48 ayat 29 : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang antara sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat – sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”
Al Qur’an surat al ma’idah ayat 54 sampai 56 : “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siap yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”
Al Qur’an surat Ali Imran ayat 15 : “Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”
Al Qur’an surat Ali Imran ayat 170 : “Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”
Al Qur’an surat at Tur ayat 21 : “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahal amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
2. Cinta yang tidak syar’i (ghairu asy syar’iyah) yang lahir karena semata-mata hawa nafsu.
Al Qur’an surat Ali Imran ayat 14 : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”
Al Qur’an surat ‘Abasa ayat 34 sampai 37 : “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”
Al Qur’an surat az Zukruf ayat 67 : “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”
Dalam hal cinta kepada apa pun di dunia ini, baik yang syar’i maupun yang tidak syar’i selalu memiliki tanda-tanda (‘alamatul hubb) yang dapat kita perhatikan dengan jelas. Diantara tanda-tanda cinta tersebut adalah:
1. Sering menyebutnya, mengingatnya (katsiratuz zikr): seseorang yang telah mencintai sesuatu, maka ia akan sering menyebut dan mengingatnya. Jadi jika seseorang telah mencintai Allah swt maka dia akan banyak menyebut, mengingat Allah swt dalam hidupnya.
Al Qur’an surat al Anfal ayat 2 : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal”
2. Kagum (al i’jab): seseorang biasanya mengagumi keindahan, kegagahan dan kelebihan yang ada pada diri kekasihnya. Karena Allah yang memiliki segal sifat kesempurnaan itu, maka Allah lah yang paling berhak untuk dikagumi dan dipuja-puji dalam hidup seorang hamba.
Al Qur’an surat 1 ayat 2 : “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”
3. Ridha (ar ridha) : disebabkan rasa cinta di dalam dada, seseorang yang mencintai akan rela melakukan apa saja yang dikehendaki oleh kekasihnya dan rela atas apa saja yang dilakukan kekasihnya.
Al Qur’an surat at Taubah ayat 61 sampai 62: “Diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan : Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya. Katakanlah: Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhoanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhoannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin”
4. Berkorban (at tadh hiyah) : orang bilang cinta itu seiring dengan pengorbanan. Semakin tinggi cinta seseorang kepada sesuatu semakin tinggi pula pengorbanan yang diberikannya.
Al Qur’an surat al Baqarah ayat 207 : “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya”
5. Cemas ( al khauf) : Seseorang yang mencintai sesuatu, biasanya akan merasa cemas, takut kalau cintanya tak berbalas atau kelakuannya melukai perasaan kekasihnya. Maka usaha apapun akan dilakukannya untuk menghilangkan atau mengikis rasa cemas yang ada.
Al Qur’an surat al Ambiya’ ayat 90 : “Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepada Nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan – perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
6. Berharap (ar raja’) : harap-harap cemas, itulah yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang sedang jatuh cinta, jika apa yang ia harapkan dari kekasihnya belum juga ia dapatkan. Maka ia akan selalu berharap dan berharap sampai keinginan nya terpenuhi.
Al Qur’an surat al ambiya’ ayat 90 : “Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepada Nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan – perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami”
7. Taat (ath tha’ah) : Karena cinta yang memuncak di dalam dada, seseorang yang mencintai akan selalu menta’ati semua perintah kekasihnya. Apapun yang di larang atau tidak disukai oleh kekasihnya pasti dia akan tinggalkan atau hindari bahkan dijauhinya.
Al Qur’an surat an Nisa ayat 80 : “Barang siapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu) maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”
Semua tanda di atas adalah ekspres dari kata cinta. Maka cinta yang terbesar dan paling utama diberikan kepada Allah swt (mahabbatullah), sedangkan cinta kepada selain Allah (mahabbatu ghairullah) dibolehkan namun harus dalam kerangka cinta kepada Allah swt. Artinya tidak menyimpang atau melebihi cintanya kepada Allah swt. Sebab cinta yang demikian itu dapat dikategorikan sebagai sebuah bentuk kesyirikan kepada Allah.
Al Qur’an surat al Baqarah ayat 165 : “Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)”
Al Qur’an surat at Taubah ayat 24 : “Katakanlah: Jika bapak-bapak , anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”
Posting Komentar untuk "Mencintai Allah Atau Mahabbatullah"