SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH MUDA
Selama ini kebanyakan dari kita mungkin hanya tahu Sultan Muhammad Al-Fatih sebagai penakluk konstatinopel, dan pengetahuan kita tentang sosok beliau hanya berawal dan berakhir disitu. Sedikit sekali diantara kita yang mengetahui kepribadian dan kepemimpinan beliau diluar sejarah penaklukan Konstatinopel.
Muhammad Al-Fatih (Muhammad II) adalah Sultan generasi ke-7 dinasti Utsmaniyah, beliau merupakan putra dari Sultan Murrad II. Beliau lahir pada abad ke 8 H / 14 M, tepatnya pada tanggal 26 Rajab 833 H. / 30 Maret 1432 M.
Pada masa kecilnya Muhammad Al-Fatih termasuk anak yang bandel, bahkan orang tuanya mengirim beberapa guru khusus untuk mendidik Muhammad Al-Fatih, namun semuanya gagal karena beliau tidak mau menuruti mereka.
Akhirnya Sultan Murad II mengirim seorang ulama bernama Maula Ahmad bin Ismail Al-Kuraini untuk mengajari Muhammad Al-Fatih, sultan memberinya cambuk untuk memukul Al-Fatih jika beliau membandel.
Ketika pertama kali mengajar, Al-Kuraini membawa cambuk keruangan belajar, lalu beliau berkata kepada Muhammad Al-Fattih, "Ayahmu Mengutusku untuk mengajarmu, dan memukulmu jika engkau membandel".
Muhammad Al-fatih tertawa mendengar ucapan gurunya dengan maksud menertawakan sang guru, Syaikh Al-Kurani pun memukul beliau dengan keras hingga membuatnya ketakutan.
Muhammad Al-Fatih merupakan anak yang cerdas, melalui bimbingan gurunya tersebut sebelum usia 8 tahun beliau berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an. kemudian Syaikh Al-Kurani mengajari dasar-dasar ilmu syar'i sesuai dengan permintaan orang tuanya.
Selain ilmu syar'i, al-fatih juga belajar dan menguasai ilmu sejarah. dan kecerdasan Al-Fatih juga terlihat dari kemampuan beliau menguasai 7 bahasa, yaitu bahasa arab, turki, persia, yunani, serbia, italia, dan bahasa latin.
Al-Fatih diketahui menguasai ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits Nabi, Fiqih, Ushul Fiqih, dan Ushuluddin. karenanya kemudian hari beliau dikenal sebagai pemimpin yang mempunyai ilmu agama yang mendalam.
Selain ilmu syar'i A-Fatih juga menguasai ilmu Sejarah, Mantiq, Militer, Geografi, Politik, Memanah, Sastra, Musik, Sastra, Mekanik, dan Ilmu Konspirasi.
Ilmu-ilmu yang dikuasainya inilah yang menjadi bekal Muhammad Al-Fatih menguasai konstatinopel dan menjalani kepemimpinannya diusia muda.
Perhatian Muhammad Al-Fatih terhadap ilmu Konspirasi bisa dilihat dari keseriusannya mengkaji 14 dokumen proyek salibis untuk menghancurkan negeri islam.
Kesukaan al-Fatih pada Ilmu Mekanik membuat beliau berhasil menciptakan ketapel (pelontar batu) besar, 4 menara bergerak, dan berhasil membuat meriam bergerak pertama dalam sejarah.
Selain itu Muhammad Al-Fatih gemar berdiskusi dengan para ulama dan selalu hadir dalam mejelis mereka.
Muhammad Al-Fatih mempunyai banyak guru, yang terkenal dan sangat berkesan bagi beliau adalah Syaikh Maula Ahmad bin Ismail Al-Kurani dan Asy-Syarif Muhammad bin Hamzah ad-Dimasyqi (yang digelari Aq Syamsuddin)
Gurunya Aq Syamsuddin inilah yang sedari kecil selalu menyampaikan dan menanamkan hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad:
"Sungguh Konstatinopel itu akan ditaklukkan. Maka sungguh panglima (pasukan penakluk itu) adalah sebaik-baik panglima, dan sungguh pasukan (penakluk itu) adalah sebaik-baik pasukan".
Hadits Nabi ini terus ditanamkan kedalam jiwa Muhammad Al-Fatih, dan Syaikh Aq Syamsuddin selalu menekankan kepada Muhammad Al-Fayih bahwa pemimpin terbaik dalam hadits tersebut adalah beliau.
Pernah suatu ketika syaikh Aq Syamsuddin membawa Muhammad Al-Fatih menyusuri tepian pantai dan menunjuk kearah konstatinopel yang dari kejauhan nampak sangat kokoh dan terbentengi, lalu Syaikh Aq Syamsuddin mengatakan kepadanya, " Apakah engkah melihat kota yang nampak disana? itulah konstatinopel". lalu gurunya tersebut menyampaikan hadits tadi, dan ia terus mengulang-ulangnya, sehingga Al-Fatih merasa bahwa ia benar-benar yang disebut dalam hadits tersebut.
Hadits ini tertanam begitu mendalam dihati Muhammad Al-Fatih, hadits yang disampaikan berulang-ulang oleh gurunya ini begitu memotivasinya, karenanya begitu dilantik jadi Sultan yang pertama kali dilakukannya adalah mengmpulkan kekuatan untum menyerang konstatinopel.
Ayahnya Sultan Murad II juga punya jasa besar dalam mendidik Muhammad Al-Fatih, beliau selalu membawa Al-Fatih sejak kecil dalam banyak peperangan, sehingga Al-Fatih tidak asing dengan pertempuran dan menguasai taktik yang diajarkan ayahnya.
Ayahnya juga sangat perhatian dalam pendidikan anak sehingga memilih guru-guru terbaik, dan menekankan pelajaran Al-Qur'an dan syariat yang harus pertama diajarkan kepada Muhammad Al-Fatih.
Sebenarnya Al-Fatih bukan pewaris kesultanan pertama, beliau meiliki seorang kakak yang bernama Syah Zadah 'Alauddin sebagai putra mahkota pertama, namun ia meninggal pada usia 18 tahun, yaitu pada saat Muhammad Al-Fatih berusia 11 tahun.
Posting Komentar untuk "SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH MUDA"